Oleh Bapak Kurnia Setiawan S.Sn, M.Hum
Istilah yang berasal dari kata Yunani seme; semeiotikos; penafsir tanda
yang berarti ‘tanda’‘sign’ dalam bahasa Inggris
adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal,
dan sebagainya
Aristoteles mencermati kata benda dalam bukunya Poetics dan On Interpretation.
St. Agustinus (354 – 430) mengembangkan teori tentang signa data
(tanda konvensional). Persoalan tanda menjadi obyek pemikiran filosofis.
William of Ockham, OFM (1285 – 1349) mempertajam studi tanda.
Tanda dikategorikan berdsarkan sifatnya. Apakah ia di alam mental
Dan bersifat pribadi, ataukah diucapkan/ ditulis untuk publik
John Locke (1632 – 1740) melihat eksplorasi tentang tanda akan mengarah pada terbentuknya baiss logika baru. Hal ini tertuang dalam karyanya
“An Essay Concerning Human Understanding (1690)”
SEMIOLOGY
Ferdinand de Saussure (1857 – 1913),
Berasal dari Swiss yang mengajar sansekaerta dan liguistik sejarah.
Pendekatan Saussure tentang bahasa berbeda dari pendekatan filolog abad 19, dia mengkaji liuistik secara sinkronik, bukan diakronik.
Catatan diterbitkan dalam buku oleh
muridnya ”Cours de Liguistique Generale”
Saussure mendefinsikan tanda liguistik
Sebagai entitas dua sisi (dyad).
Sisi pertama disebut penanda (signifier);
Sisi kedua adalah petanda (signified);
n Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified).
n Penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.
n Terhubungnya sebuah penanda dan petanda hanya dapat dimungkinkan oleh bekerjanya sistem relasi atas kesepakatan (konvensi).
n Tanda dapat bekerja karena ada difference, artinya dia dapat dibedakan dengan tanda – tanda lainnya.
Signifier -- spoken word, written word, flag, etc –
something that represents a concept.
Signified -- the concept that the signifer stands for.
Charles Sanders Peirce (1839 – 1914)
seorang filsuf berkebangsaan Amerika,
mengembangkan filsafat pragmatisme
melalui kajian semiotik. Ia mengembangkan
Teori tanda yang dibentuk oleh tiga sisi;
Representamen (tanda)
Objek (sesuatu yang dirujuk oleh tanda)
Interpretant (efek yang ditimbulkan;hasil)
immediate interpretant (makna pertama)
dynamic interpretant (makna dinamis)
final interpretant (makna akhir)
Representamen: the form which the sign takes
Interpretant: not an interpreter but rather the Sense
made of the sign
Object: to which the sign refers
Fenomena tanda
Firstness (perasaan murni) representamen
dibaginya menjadi:
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda (mis. warna hijau)
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa / realitas fisik yang nyata. (mis. rambu lalu lintas)
Legisign adalah norma/ hukum yang dikandung oleh tanda (mis. suara pluit wasit)
LEVEL OBJEK
n Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya foto.
n Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan; misalnya asap sebagai tanda adanya api.
n Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer, hubungan berdasarkan konvensi masyarakat, misalnya kata, bendera
LEVEL INTERPRETANT
n Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Tanda tampak bagi interpretant sebagai sebuah keungkinan, misalnya: konsep
n Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai dengan kenyataan.
Tanda bagi interpretant sebagai sebuah fakta, misalnya: pernyataan deskriptif
n Argument adalah yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Tanda bagi interpretant sebagai sebuah nalar, misalnya : preposisi
Roland Barthes (1915 - 1980)
Berpandangan bahwa sebuah sistem tanda
yang mencerminkan asumsi-asumsi dari
suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.
Tulisan – tulisan pada majalah Prancis
“Les Letters Nouvelles”, membahas ‘mitologi’
bulan ini. Menunjukan bagaimana aspek
denotatif tanda – tanda dalam budaya pop
yang menyingkap konotatif (mitos – mitos)
yang dibangkitkan oleh sistem tanda
yang lebih luas yang membentuk masyarakat
n Semiologi Barthes, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
n Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader).
“Mitos – mitos yang menyelimuti hidup kita bekerja sedemikian halus, justru karena mereka terkesan benar – benar alami. Dibutuhkan sebuah analisis mendalam, seperti yang dilakukan oleh semiotika.”
n Barthes mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya.
n Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, berbeda dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.
n Denotasi lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna.
n Konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu
Umberto Eco (1932 - )
Seorang sejarahwan, penulis esai,
novelis dan semiotisi dari Italia
“ tanda dapat digunakan untuk
menyatakan kebenaran, sekaligus juga
untuk mengatakan kebohongan.”
Contoh : Iklan rambut palsu, sepatu hak tinggi.
~Carina~
0 komentar:
Posting Komentar