Rabu, 31 Maret 2010

Susno Duadji Akan Kembali Diperiksa


PROFIL KELOMPOK KAPITA SELEKTA

PROFIL KELOMPOK KAPITA SELEKTA

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2010



A. PERSONIL I :

NAMA : CAROLIN
NIM : 915070117
MATA KULIAH : KAPITA SELEKTA
KELAS : B
DOSEN : Dr. Eko Harry. S, M. Si
RUANG : 1106B
MENGERJAKAN : PERTEMUAN I
EMAIL : linz_2mile@hotmail.com


B. PERSONIL II :

NAMA : PRISCILLA
NIM : 915070137
MATA KULIAH : KAPITA SELEKTA
KELAS : B
DOSEN : Dr. Eko Harry. S, M. Si
RUANG : 1106B
MENGERJAKAN : PERTEMUAN II
EMAIL : vanilla_yummie@yahoo.com


C. PERSONIL III :

NAMA : CARINA
NIM : 915070113
MATA KULIAH : KAPITA SELEKTA
KELAS : B
DOSEN : Dr. Eko Harry. S, M. Si
RUANG : 1106B
MENGERJAKAN : PERTEMUAN III
EMAIL : esp_emilina@yahoo.com


D. PERSONIL IV :

NAMA : YEYEN PRATIWI
NIM : 915070114
MATA KULIAH : KAPITA SELEKTA
KELAS : B
DOSEN : Dr. Eko Harry. S, M. Si
RUANG : 1106B
MENGERJAKAN : PERTEMUAN IV
EMAIL : yeyen_ce_dream@yahoo.co.id




E. PERSONIL V :

NAMA : IRWAN JUANDA
NIM : 915070072
MATA KULIAH : KAPITA SELEKTA
KELAS : B
DOSEN : Dr. Eko Harry. S, M. Si
RUANG : 1106B
MENGERJAKAN : PERTEMUAN V
EMAIL : irwanjuanda_2ndson@yahoo.co.id




*) Pertemuan VI dikerjakan bersama-sama, karena perkuliahan VI dilakukan dengan diskusi kasus.

TERIMA KASIH.

PERTEMUAN VI (PENGARUH KOMUNIKASI DALAM HUKUM)

PERTEMUAN VI (PENGARUH KOMUNIKASI DALAM HUKUM)

Dosen : Bp. S. Atalim

Komunikasi pada dasarnya memiliki peranan yang sangat penting dalam bersosialisasi. Oleh karena itu dalam pertemuan ke-VI ini membahas mengenai pengaruh komunikasi dalam hukum di Indonesia.

Pembahasan dimulai dengan melibatkan sebuah kasus yang sedang marak di media massa dan masih hangat dibicarakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya jakarta yaitu kasus Bank Century.

Melalui kasus ini, banyak masyarakat awam yang secara tidak sengaja melakukan komunikasi politik tanpa disadari. Masyarakat mulai mengkritik dan beropini setelah melihat tayangan berita di tv-one yang secara terbuka memperlihatkan proses persidangan oleh para aktor politik.


Salah satunya adalah Komjen Pol Drs. Susno Duadji, S.H, M.Sc. Beliau adalah mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim Polri) yang menjabat sejak 24 Oktober 2008 - 24 November 2009. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kapolda Jawa Barat.

Dalam kasus Bank Century ini, Susno dituduh sebagai "biang kerok" dari terjadinya kasus ini. Namun melalui kepintaran Susno dalam berkomunikasi, Ia mampu merubah opini masyarakat ke arah yang positif. Ia meyakinkan masyarakat bahwa saat ini Ia di jebak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.


Selain Susno yang mempraktekkan bagaimana komunikasi memberi pengaruh, ada beberapa aktor politik lain yang ikut merealisasikan komunikasi politik ini; antara lain Sri Mulyani, Budiono, dsb.

Sesuai dengan kasus di atas ini, dapat di tarik kesimpulan bahwa komunikasi memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk opini khalayak, baik ke arah yang positif maupun negatif, tergantung dari aktor politik/komunikator itu mampu menggunakan komunikasi politiknya secara cerdas atau tidak (meyakinkan/tidak).

Selain kasus di atas, dalam pertemuan (diskusi) ini, juga menyentuh isu mengenai "sosialisasi" kebijakan-kebijakan baru, undang-undang baru yang sangat terkait dengan komunikasi. Masalah yang ada, mengarah pada kenyataan bahwa terkadang suatu undang-undang baru dianggap "sudah diketahui" oleh semua masyarakat, padahal komunikasinya dalam proses sosialisasi bahkan belum bisa dikatakan sebagai efektif. Banyak orang akhirnya terjerat masalah hukum tanpa mengetahui titik persoalan yang ada, hal ini sangat ironis karena beberapa orang tersebut "tidak tahu" sebenarnya undang-undang mana yang dikenakan pada dirinya, karena dia (dan kebanyakan orang awam hukum) lainnya tidak mengetahui hal itu. Poin kuncinya di sini adalah bahwa terkadang hukum sering mengeneralisasi bahwa semua orang itu "paham hukum", coba lihat kasus Prita dengan RS Omni dengan landasan UU-ITE. Lalu dimana peran komunikasi dalam hal ini?

Komunikasi, seharusnya dapat membantu sosialisasi undang-undang. Selain itu, dengan komunikasi yang baik, bila terjadi masalah antara pihak-pihak tertentu, dapat "dibicarakan" dengan baik-baik (terkait mediator), dimana tidak perlu selalu membawa persoalan-persoalan ke ranah hukum yang jalurnya panjang, melelahkan, lama, dan menghabiskan banyak uang.

Komunikasi, dapat mencegah terjadinya kesalahpahaman. Misalnya dalam kasus pencemaran nama baik, yang sepertinya mulai jadi trend "hukum" belakangan ini. Bila komunikasi dilakukan dengan baik, maka hal-hal semacam ini tidak perlu dijumpai.



Komunikasi dan hukum merupakan pedang bermata 2, harus hati-hati dalam menggenggam keduanya. Komunikasi yang baik dapat membantu menyelesaikan atau menghindari masalah hukum. Sebaliknya, komunikasi yang salah dapat menjerumuskan orang ke dalam persoalan hukum. Selain itu, hukum dalam sosialisasinya tentu perlu komunikasi yang tepat, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman hukum lagi.

Keberanian berbicara dan berpendapat di Indonesia di mulai dari Reformasi yang dikenal pada waktu itu adalah gerakan mahasiswa pada zaman presiden Soeharto yang mengarah perubahaan yang lebih baik. setelah reformasi, sekarang ada transparansi yaitu terbuka. di mana pemerintah harus terbuka dan membuka layanan publik mengenai pemerintahan, agar publik mengetahui dengan jelas dan benar. sehingga publik memiliki kesan baik terhadap pemerintah sekarang.

sebagai contoh kasus adalah: Fasilitas mobil mewah yang di berikan kepada pejabat Indonesia banyak yang berpendapat sangat berlebihan dan tidak seharusnya.


Di Indonesia juga dikenal sebagai negara yang berbeda-beda agama dan memiliki lambang negara pancasila, tapi kenapa sering kita lihat konflik-konflik antar agama dan suku. lalu kalau dilihat dari segi komunikasi, apakah ada kesalahan dalam komunikasi? lalu kenapa sering terjadi konflik? konflik terjadi karena adanya perbedaan presepsi antara individu satu dengan yang lain. presepsi kita bisa berbeda-beda karena adanya pengaruh perbedaan budaya yang dimiliki, diterima dan ditangkap oleh setiap orang. dan adanya nilai-nilai yang sudah bergeser.



Indonesia terkenal dengan hukum yang berlandaskan kepada UUD 45. lalu siapakah yang menjalankan hukum itu? polisi, jasa, hakim, saksi dan masih banyak lagi. Dengan adanya hukum segala hal yang tidak sesuai dengan hukum harus di luruskan, tapi kenapa di Indonesia hukum seakan-akan dibuat permainan saja. permainan hukum bisa dilakukan karena adanya pengaruh orang-orang yang berkuasa dan mengerti hukum.


Nilai-nilai yang di pegang Indonesia adalah di mulai dari Nilai Budaya > Nilai Sosial > Nilai Hukum > Nilai Politik di bawah adalah Nilai Ekonomi. Nilai-nilai tersebut tidak pernah memaksa seseorang, saling mempengaruhi antara nilai di atas ke nilai yang di bawah dan memiliki aturan yang berbeda. Apabila nilai tersebut dimulai bawah yaitu Nilai Ekonomi, maka akan terjadi adalah paksaan.



Di Eropa negara hukum itu adalah negara yang memiliki kepastiaan hukum, sedangkan negara hukum di Amerika adalah keadilan dan memperjuangkan keadilan, lalu Indonesia mengikuti negara hukum seperti apa? keadilan apa kepastian?

PERTEMUAN V (PEMBANGUNAN SOSIAL & BUDAYA) - materi tambahan



PERTEMUAN V (PEMBANGUNAN SOSIAL & BUDAYA)

Dosen : Dr. Eko Harry Susanto M.Si
*karena keterbatasan waktu, tidak selesai dibahas sehingga ditambahkan dari sumber-sumber lain.

Perkembangan yang pesat dan semakin responsif terhadap kebutuhan dan perubahan dalam masyarakat semakin berkembang secara cepat. Sebagai konsekuensinya, sudah selayaknya pemerintah kota memiliki rencana pembangunan sosial budaya yang dinamis, yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat, sejalan dengan tujuan Reformasi menuju masyarakat yang demokratis dan sejahtera.
Pembangunan Sosial Budaya harus berpijak kepada komitmen untuk menerapkan konsep dan pendekatan pembangunan sosial sebagai proses humanisasi (kemanusiaan). Peduli terhadap aspirasi dan potensi masyarakat lokal yang berupa modal sosial, modal insani dan sumber daya alam yang dapat dikerahkan bagi kesejahteraan masyarakat.

Perencanaan dan pelaksana pembangunan yang memiliki sikap, pengetahuan dan teknologi untuk menerapkan pembangunan sosial sebagai suatu pendekatan. Pembangunan sosial budaya yang baik akan mendapatkan dukungan baik, yang mampu mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut bekerja bagi suatu pembangunan yang berkelanjutan.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab agar demokratisasi dan kesejahteraan dapat terwujud. Adapun yang
dapat dilakukan Pemerintah Kota , melalui kegiatan seperti pelayanan dan pengabdian masyarakat serta program beasiswa bagi yang tidak mampu serta contoh lainnya seperti pembangunan sosial dan otonomi lokal, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.


Mentalitas Masyarakat Statik :

*Orientasi kebelakang, lebih terpukau oleh masa lampau yang gemerlapan sebagaimana dalam sejarah – sejarah lama, tetapi kurang tanggap terhadap masa depan yang lebih faktual sebagai tantangan.

*Fatalistik, Menyerah pada nasib, inipun produk dari sejarah kemiskinan dan kesengsaraan umumnya yang kronis. Menimbulkan ketidakpercayaan diri dan ketergantungan yang besar terhadap entitas – entitas dominan.

*Kurang inovatif dan kreatif. Dalam masyarakat statik memang sulit untuk berinovasi dan berkreasi yang bermakna bagi kesejahteraan masyarakat secara luas.
*Sifat indolent, lamban atau malas, banyak orang tidak merasa dikejar waktu . Beranjak dengan cepat pun tiada gunanya karena keseluruhan sistem sosial tidak mendukung atau memberikan perangsang baginya. Pola pikir tidak menghargai waktu atau menguasai waktu berjalan linier pula dengan pemikiran diakronik ataupun cyclus.

Pikiran atau pandangan dan cara – cara alternatif sebagai bahan pengambilan keputusan kurang dikenal dan agak sulit meyakinkan pada orang bermentalitas tradisionalistik. Mentalitas kebersamaan sangat menonjol dibanding individual . kebersamaan itu sendiri sebagai sikap dan perilaku memang mengandung nilai – nilai yang baik. Namun jika direntang terlampau jauh, memang menimbulkan mentalitas Konformisme dan penyakit ketergantungan serta mematikan sikap kemandirian.

.Tentang Pembangunan Sosial & Pembangunan Budaya.

PEMBANGUNAN SOSIAL adalah strategi yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna. Pembangunan sosial lebih berorientasi pada prinsip keadilan sosial ketimbang pertumbuhan ekonomi. Beberapa sektor yang menjadi pusat perhatian pendekatan ini mencakup pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, jaminan sosial dan pengentasan kemiskinan.












Secara sempit, pembangunan sosial dapat didefinisikan sebagai pembangunan kesejahteraan sosial. Ia berorientasi pada peningkatan keberfungsian sosial (social functioning) kelompok-kelompok tidak beruntung (disadvantage groups) atau Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (P2KS), yang meliputi fakir miskin, anak terlantar, anak jalanan, pekerja anak, keluarga rentan, wanita rawan sosial ekonomi, dan komunitas adat lokal.

Pembangunan sosial dapat dilihat dari output indicators (indikator keluaran), seperti tingkat kemiskinan, melek hurup, harapan hidup, dan partisipasi sosial. Indikator standar hidup ini telah dikembangkan sejak tahun 1970an. Misalnya, Social Accounting Matrix (SAM) yang digagas oleh Pyatt dan Round (1977); Physical Quality of Life Index (PQLI) oleh Morris (1977), dan Human Development Index oleh tim UNDP (Mahbub Ul Haq, Amartya Sen, Paul Streeten dkk.).

Pembangunan sosial bisa pula diukur dari input indicators (indikator masukan) yang umumnya dilihat dari pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial. Dalam kaitannya dengan indikator masukan ini, masih berkembang anggapan bahwa pembangunan sosial adalah “pengeluaran mahal” yang tidak akan mampu dilakukan oleh negara-negara berkembang. Hanya negara-negara kaya saja yang pantas melakukan investasi sosial yang mewah ini.


KEBUDAYAAN & PEMBANGUNAN
Selasa, 19 Juni 2007

Jero Wacik *Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia


"Dalam melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional di bidang Kebudayaan dan Pariwisata, sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar), kami berkewajiban untuk melaksanakan tiga Agenda Pembangunan Nasional Tahun 2004-2009 yaitu; pertama, menciptakan Indonesia yang aman dan damai. Kedua, mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis. Ketiga, meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.Untuk melaksanakan agenda pertama, strategi yang dilakukan adalah dengan membangun budaya berpikir positif, yang merupakan modal dasar dalam pengembangan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur dan pemahaman multikulturisme. Penuntasan proses modernisasi negara kebangsaan Indonesia dan masyarakat sipil. Revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal, serta meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya dan produk-produk dalam negeri.Strategi dalam melaksanakan agenda kedua adalah dengan terus-menerus melaksanakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa di lingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian akan tercipta sistem pemerintahan dan biokrasi yang bersih, akuntabel, transparan, efisien, dan berwibawa, serta meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik di bidang kebudayaan dan pariwista.Strategi ketiga adalah meningkatkan kesejahteraan rakya Indonesia melalui peningkatan daya saing pariwisata guna meningkatkan penerimaan devisa. Oleh karena itu, kebijakan pariwisata diarahkan untuk meningkatkan efektivitas promosi dan pengembangan produk-produk wisata, serta meningkatkan sinergi jasa pelayanan pariwisata."

Di atas adalah rencana yang disusun periode terakhir, lalu bagaimanakah perkembangannya saat ini? Pertanyaan yang sering juga diajukan adalah apakah pembangunan sosial dan pembangunan budaya adalah hal yang berjalan bersamaan? Kebudayaan dalam pembangunan lebih banyak mengarah pada bidang pariwisata, sedangkan pembangunan sosial sebaliknya merujuk pada bagian kesejahteraan masyarakat. Mungkin bila kesejahteraan masyarakat meningkat, bidang pariwisata dapat lebih dikembangkan dan sebaliknya... kesimpulan sementaranya adalah "Iya" bahwa pembangunan sosial dan pembangunan budaya berjalan beriringan.

***

PERTEMUAN V (KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN)

* (Pertemuan kelima adalah lanjutan materi dari pertemuan pertama oleh Bp. Eko Harry Susanto)
PERTEMUAN V (KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN)
Dosen : Bp. Eko Harry Susanto
Pembangunan, meskipun memiliki substansi yang lebih politis, tetapi biasanya tidak bisa dilepaskan dari unsur modernisasi.
*Pembangunan merupakan istilah yang lebih dekat dengan komunikasi politik bila di bandingkan dengan modernisasi (yang cenderung bebas nilai politis).

Rostow (1960 : 57) menyatakan bahwa,

“Pembangunan adalah sesuatu yang terus maju ,
dari suatu tahap yang primitif ke tahap yang lebih maju”.
Dalam upaya pembaharuan, McQuail (1987:97) dalam prinsipnya menyatakan, media paling baik digunakan secara terencana untuk menimbulkan perubahan dengan menerapkan dalam program pembangunan berskala besar.

Samuel P. Huntington (dalam Cyril E. Black, 1976 : 30),
"Modernisasi merupakan proses
bertahap dari tatanan yang primitif
dan sederhana menuju tatanan yang maju dan kompleks"
Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi, yaitu proses penyeragaman (contohnya : gaya berpakaian, munculnya mal-mal dimana-mana, dsb.) dengan tendensi dan struktur serupa. Modernisasi cenderung sering disamakan dengan westernisasi. Kenapa? Karena western (Barat) dianggap sebagai negara maju, dan modernisasi adalah proses perubahan dari yang primitif ke tahap yang "maju", maka, negara-negara lain bila ingin dikatakan sebagai modern, maka "harus" mengacu pada keadaan di negara Barat. Bukankah lucu bila suatu proses dikatakan sebagai modernisasi dengan mengikuti budaya negara Timur (yang dianggap terbelakang), misalnya dengan memakai koteka di dalam kota???Karena western (Barat) dianggap sebagai negara maju, dan modernisasi adalah proses perubahan dari yang primitif ke tahap yang "maju", maka, negara-negara lain bila ingin dikatakan sebagai modern, maka "harus" mengacu pada keadaan di negara Barat. Bukankah lucu bila suatu proses dikatakan sebagai modernisasi dengan mengikuti budaya negara Timur, misalnya memakai koteka di dalam kota???
Modernisasi, lahir sebagai proses Eropanisasi dan Amerikanisasi atau dalam bentuk yang lebih konkrit adalah kebijaksanaan untuk melakukan industrialisasi dan model politik demokratis. Negara dunia ketiga sepenuhnya mencontoh pengalaman negara maju tanpa mengindahkan sejarah lokal masing-masing negara dunia ketiga (itu kecenderungannya). Modernisasi merupakan perubahan progresif (bertahap), sekalipun dalam prosesnya membawa akibat samping maupun korban modernisasi yang beraneka macam bahkan kadang-kadang sampai di luar batas kemanusiaan dan moral universal.
Schramm (1964) mengatakan peranan mass media dalam pembangunan nasional adalah sebagai agen pembaharuan (agent of social change). Mass media dipercaya sebagai esensi yang penting sekali untuk membantu mempercepat proses peralihan masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat yang modern.
McQuail (1987:97) dalam prinsipnya menyatakan,

"Media paling baik digunakan secara
terencana untuk menimbulkan perubahan
dengan menerapkann adalam program pembangunan berskala besar."
Daniel Lerner menggaris bawahi pula pengaruh-pengaruh lainnya dalam perubahan yang diakibatkan oleh media – massa. Media yang paling baik untuk menyebarkan informasi dan berpeluang untuk mendukung pembangunan di negara sedang berkembang adalah radio dan televisi (Schramm, 1977). Schramm menetapkan tiga fungsi media – massa dalam pembangunan yaitu :
1)Memberi tahu rakyat tentang pembangunan nasional dengan memusatkan perhatian mereka pada kebutuhan untuk berubah, kesempatan untuk menimbulkan perubahan, metoda dan cara menimbulkan perubahan, dan jika mungkin meningkatkan aspirasi;
2)Membantu rakyat berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog dan menjaga agar informasi mengalir baik keatas maupun kebawah.
3)Mendidik rakyat agar mempunyai kemampuan. Hal ini terkait sosialisasi, dalam hal ini tentu saja mendidik rakyat supaya mendapat informasi yang berguna untuk pembangunan bersama.
Menurut Rogers dan Shoemaker (1983 : 315-316), tindakan inovasi dalam pembangunan yaitu :
1)Membangkitkan kebutuhan untuk berubah;
2)Mengadakan hubungan dalam rangka perubahan;
3)Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi masyarakat ;
4)Menciptakan keinginan perubahan di kalangan perubahan di kalangan klien
5)Merencanakan tindakan perubahan
6)Memelihara program pembaharuan & mencegah dari kemacetan;
7)Mencapai suatu terminal hubungan.

Komunikasi politik yang demokratis, tidak mendominasi dan bersifat koersif diperlukan dalam pembangunan. Namun karakteriustik yang merujuk kepada pola model paternalistik (berhubungan dengan orangtua/leluhur) masih melekat kuat di Indonesia. Akibatnya, tidak semua rakyat Indonesia berani untuk berpendapat beda terhadap pembangunan yang dikemas oleh para pengambil kebijakan dalam komunikasi politik.

***

PERTEMUAN IV (LEADERSHIP DAN KOMUNIKASI)

PERTEMUAN IV (LEADERSHIP DAN KOMUNIKASI)
Dosen : Bp. Parino Rahardjo

Dalam pertemuan kali ini kami membahas tentang leadership dan bagaimana seoarang pemimpin berkomunikasi dengan orang yang berada di dalam organisasi dan di luar organisasi. contoh pemimpin yang paling di gemari oleh masyarakat adalah presiden Amerika yaitu Barack Obama. kita bisa melihat bagaimana dia berkomunikasi dan menjadi pemimpin untuk sebuah negara yang berkembang pesat. Barack Obama membentuk basis dari bawah ke atas, dia sangat pintar dalam komunikasi. kepemimpinannya mendapat pujian dari berbagai negara.

Empat inti atau domain kecerdasan emosi dan kompentensi dari yang terkait dengan Kompentensi Pribadi yang mulai dari kesadaran diri yang meliputi dari pribadi kita sendiri. Kesadaran diri dalam emosi, kesadaran diri sendiri dan mengenal dampak yang disebabkan oleh sikap kita, menggunakan "instink" untuk menuntun keputusan. Lalu kita harus memiliki penilaian diri sendiri yang akurat, maksudnya adalah kita mengetahui kekurangan dan kelebihan diri. dan yang terakhir adalah Kepercayaan diri, maksudnya mengenali harga diri dan kemampuaan diri. maksud dari kompentensi prbiadi ini adalah mulai dari diri sendiri agar kita mengetahui pribadi kita seperti apa sehingga kita dapat memiliki standar pribadi kita.

setelah kompentensi pribadi kita harus biasa Pengelolaan Diri. yang harus kita lakukan adalah kita harus bisa mengendalikan emosi dan jangan membuat emosi meledak-ledak, ketika menghadapi suatu masalah yang ada. Transparansi yaitu bersikap jujur dan integritas. Kemampuaan menyesuaikan diri sendiri dimana sikap kita ketika beradaptasi dengan lingkungan baru. Pencapaian yaitu dorongan untuk memperbaiki kinerja perkerjaan untuk memenuhi standar prestasi yang ditentukan oleh kita sendiri. kita harus Inisiatif, dimana kemampuan kita untuk mencari jalan keluar ketika menghadapi masalah dan menggunakan kesempatan. dan kita harus memiliki sikap optimisme: bersikap positif ketika menghadapi masalah yang ada.

apabila kita sudah berhasil dengan pribadi kita sendiri maka tahap selanjutnya adalah Kompentesi Sosial, kemampuan ini untuk bagaimana kita menjalin hubungan sosial di sekitar kita. dimulai dari Kesadaran diri yang meliputi sikap kita sendiri yang empati yaitu bersikap menghargai orang lain, mengetahui kesulitan orang lain lalu membantu menyeselesaikan masalahnya tersebut. Kesadaran Organisasional dia kita harus biasa membaca apa yang terjadi, keputusan jaringan kerja dan politik di tingkat organisasi. Pelayanan yaitu mengenali dan memenuhi kebutuhan pengikut, klien dan pelanggan.

yang terakhir adalah Pengelolaan Relasi. Kepemimpinan yang menginspirasi, membimbing dan memotivasi dengan semangat. Pengaruh, menguasai berbagai taktik membujuk. Mengebangkan orang lain, menunjang kemampuan orang lain dengan umpan balik dan bimbingan. Katalis perubahan, memperkasai, mengelola dan memimpin ke arah yang baru. Pengelolaan konflik, menyelesaikan setiap masalah yang ada. Membangun ikatan, menumbuhkan dan memelihara jaringan relasi. Kerja kelompok dan kolborasi, kerja sama dan pembangunan kelompok. Visioner, maksudnya bagaimana gaya ini membangun resonansi: mengerakan dua orang ke arah yang sama dengan organisasi,dampak terhadap iklim emosi paling positif dan kapan mengunakan yang tepat

Pembimbing, maksudnya bagaimana gaya ini membangun resonansi. Menghubungkan apa yang diinginkan seseorang terhadap sasaran organisasi.

Otak (fungsi otak) Neurologi kepemimpinan:
Fungsi otak kiri: Pemikiran analistik, logika, bahasa, sains dan matematik
Fungis otak kanan: Pemikiran holistik, intuisi, kreatifitas, seni dan musik

PERTEMUAN III (PERBEDAAN GENDER)

PERTEMUAN III (PERBEDAAN GENDER)
Dosen : Ibu Henny Wirawan




Sebuah perbedaan gender adalah perbedaan biologis dan / atau karakteristik fisiologis biasanya dikaitkan dengan baik laki-laki atau perempuan dari suatu spesies pada umumnya.
• Gender dan seks tidak sinonim.
• "wanita" dan "pria" merujuk pada seks,
• "feminin" dan "maskulin" mengacu pada gender.

Perbedaan gender maskulin dan feminin didasarkan pada makna yang dibangun secara sosial untuk seks.
• Satu jenis kelamin ditentukan oleh kode genetik:
• Salah satu fitur biologis diprogram oleh kode tersebut.
• Kita menggunakan fitur biologis ini untuk mengklasifikasikan seks laki-laki dan perempuan.
• Fitur-fitur ini termasuk perbedaan dalam genitalia eksternal dan internal organ seks, hormon, persentase lemak tubuh, otot, jumlah rambut tubuh dan perkembangan otak.
• Terlepas dari tugas gender operasi, seks adalah permanen.
• Seks adalah properti individu.



Satu's gender lebih kompleks dari satu jenis kelamin:
- Individu tidak dilahirkan dengan jenis kelamin, hanya lebih kuat atau lebih lemah kecenderungan untuk gender.
- Sex menentukan seberapa besar kemungkinan seseorang agar sesuai dengan peran gender, tetapi bukan jaminan.
- Yang dimaksud dengan gender adalah universal atau tidak stabil.
- Gender mengacu pada makna budaya untuk seks.
- Gender sebagian dibangun oleh masyarakat, sementara seks sepenuhnya biologis.
- Setiap kebudayaan menentukan makna untuk satu jenis kelamin, ditetapkan oleh sifat-sifat tertentu, kegiatan dan identitas.
- Makna ini tertanam ke dalam setiap kehidupan sosial budaya.
- Setiap kebudayaan merasakan arti ini sebagai "alami" atau "benar".
- Kami selalu menerima pesan dalam budaya kita memperkuat pesan-pesan tersebut.
- Kita sering mengadopsi gender bahwa budaya kita telah ditetapkan untuk kita berdasarkan seks .
- Meskipun tidak selalu terjadi, persepsi sosial ini umumnya berhasil untuk memastikan sebagian besar perempuan akan menjadi feminin dan kebanyakan laki-laki akan menjadi maskulin.

Kesehatan Fisik
• Dari konsepsi menghadapi kematian, terutama sebelum dewasa, wanita kurang rentan daripada laki-laki untuk perkembangan kesulitan dan penyakit kronis.
• Hal ini dapat disebabkan oleh perempuan memiliki dua x kromosom, bukan hanya satu atau dalam paparan testosteron yang dikurangi.

Pada kenyataanya, maskulin memang retan terhadap serangan penyakit dibandingkan feminin.

Neurology
• Otak wanita lebih kompak daripada otak laki-laki dalam hal itu, meskipun kecil, mereka lebih padat dengan neuron, terutama di daerah yang bertanggung jawab untuk bahasa.
• Perempuan memiliki fungsi bahasa merata di kedua belahan otak, sedangkan pada laki-laki mereka lebih terkonsentrasi di belahan otak kiri. Hal ini menempatkan laki-laki lebih berisiko terhadap gangguan bahasa seperti disleksia.
• Telah dikatakan bahwa kromosom Y dasarnya merupakan tanggung jawab laki-laki menjadi lebih rentan terhadap penyakit mental 'seperti sindrom Down’.



Psikologi
• Dalam sebuah studi skala besar, sebagian besar kemampuan kognitif dan ciri-ciri psikologis menunjukkan rata-rata sedikit atau tidak ada perbedaan antara jenis kelamin.
• Di mana ada perbedaan jenis kelamin, ada cukup sering tumpang tindih antara kedua jenis kelamin
• Tidak jelas berapa banyak perbedaan-perbedaan ini berlaku di budaya yang berbeda. Meskipun demikian, tren tertentu cenderung ditemukan.



Tes kepribadian
• Dalam lima besar karakter kepribadian, nilai perempuan lebih tinggi di keramahan (kecenderungan untuk mengasihi dan koperasi) dan neurotisisme (kecenderungan untuk merasa cemas, marah, dan depresi).
• Demografi MBTI survei menunjukkan bahwa 60-75% wanita lebih memilih perasaan dan 55-80% pria lebih suka berpikir.

Setiap menghadapi masalah maskulin selalu menggunakan logika untuk menyeselaikannya. Sedangkan feminine menggunakan perasaan dibandingkan dengan logikanya untuk menghadapai masalah.

Agresi
• Laki-laki umumna lebih agresif daripada perympuan (Coi & Dodge 1997, Maccoby & Jacklin 1974, Buss 2005). Ada bukti bahwa laki-laki lebih cepat untuk agresi (Frey et al. 2003) dan lebih mungkin dibandingkan perempuan untuk mengekspresikan agresi mereka secara fisik (Bjorkqvist et al. 1994).
• Beberapa peneliti (seperti Rachel Simmons) telah menyarankan bahwa perempuan tidak harus kurang agresif, tetapi mereka cenderung untuk menunjukkan agresi mereka dalam waktu kurang terbuka, secara fisik (Bjorkqvist et al. 1994, Hines dan Saudino 2003).
• Sebagai contoh, perempuan dapat menampilkan lebih verbal dan relasional agresi, seperti penolakan sosial. Agresi fisik tinggi telah berkorelasi dengan kadar testosteron tinggi

Maskulin lebih mudah mengungkapkan perasaannya, sedangkan feminin untuk masalah cinta, lebih banyak maskulin yang mengungkapkannya terlebih dahulu.

Sistematisasi dan Berempati
• Wanita skor lebih tinggi pada laporan diri skala empati, pada contoh mulai dari anak-anak usia sekolah untuk orang dewasa. Empati skala mencakup tindakan perspektif mengambil, orientasi terhadap orang lain, empatik keprihatinan, dan penderitaan pribadi. Namun demikian, langkah-langkah seperti itu bersifat subjektif dan empati mungkin lebih berkaitan dengan peran gender, bukan seks.
• Simon Baron-Cohen's EQ SQ Teori mengklaim bahwa, pada umumnya, laki-laki lebih baik dalam sistematisasi (keinginan untuk menganalisa dan mengeksplorasi sistem dan aturan-aturan) dan bahwa perempuan lebih baik dalam berempati (kemampuan untuk mengidentifikasi dengan perasaan orang lain).



Komunikasi
• Budaya maskulin dan feminin dan individu umumnya berbeda dalam bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain.
• Sebagai contoh, feminin cenderung mengungkapkan diri lebih sering daripada orang-orang yang maskulin, dan lebih bersifat pribadi.
• Feminin cenderung berkomunikasi lebih kasih sayang, dan dengan keakraban dan kepercayaan yang lebih besar daripada orang-orang yang maskulin.
• Secara umum, orang berkomunikasi lebih feminin dan memprioritaskan komunikasi lebih dari maskulin.
• Secara tradisional, maskulin dan feminin orang berkomunikasi dengan orang-orang dari gender mereka sendiri dengan cara yang berbeda.
• Masculine membentuk persahabatan dengan orang-orang maskulin lain berdasarkan kepentingan bersama, sementara feminin membangun persahabatan dengan orang-orang feminin lain berdasarkan saling mendukung.
• Kedua jenis kelamin yang berlawanan gender memulai persahabatan didasarkan pada faktor-faktor yang sama. Faktor-faktor ini meliputi kedekatan, penerimaan, usaha, komunikasi, kepentingan umum, kasih sayang dan kebaruan.

Sesama feminin, mereka lebih sering mengungkapkan cerita, ide, masalah dalam berbagai hal, dalam pertemanan. Sedangkan maskulin cenderung membicaraka hal-hal yang bersifat umum dan tidak mendetail. Jika dalam hubungan, antara masuklin dengan feminin tidak terjalin komunikasi yang baik, maka hubungan tersebut tidak dapat dipertahankan.




Konteks sangat penting saat menentukan cara kita berkomunikasi dengan orang lain. Yang penting untuk memahami pendekatan apa yang tepat untuk digunakan dalam masing-masing hubungan.
• Secara khusus, pemahaman betapa kasih sayang dikomunikasikan dalam konteks tertentu sangat penting. Misalnya, maskulin orang mengharapkan kompetisi dalam persahabatan mereka.
- Mereka menghindari berkomunikasi tentang kelemahan dan kerentanan.
- Mereka menghindari berkomunikasi tentang keprihatinan pribadi dan emosional.
- Masculine cenderung untuk berkomunikasi kasih sayang oleh termasuk teman-teman mereka dalam kegiatan-kegiatan dan bertukar hobi.
- Masculine cenderung untuk berkomunikasi satu sama lain bahu-ke-bahu (yaitu menonton acara olahraga di televisi).
- Feminin tidak keberatan berkomunikasi kelemahan dan kerentanan. Pada kenyataannya, mereka mencari persahabatan yang lebih dalam dari hal tersebut.
- Untuk alasan ini, feminin sering merasa lebih dekat dengan teman-teman mereka daripada maskulin.
- Feminin cenderung untuk menghargai teman-teman mereka untuk mendengarkan dan berkomunikasi non-kritis, berkomunikasi dukungan, perasaan berkomunikasi meningkatkan harga diri, berkomunikasi validasi, menawarkan kenyamanan dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan pribadi.
- Feminin cenderung untuk berkomunikasi satu sama lain secara tatap muka (yaitu pertemuan bersama untuk berbicara sambil makan siang).
- Berkomunikasi dengan teman lawan jenis sering sulit karena dasarnya berbeda dari skrip yang maskulin dan feminin orang orang menggunakan dalam persahabatan mereka.
- Tantangan lain dalam hubungan ini adalah bahwa orang mengasosiasikan maskulin kontak fisik dengan berkomunikasi hasrat seksual lebih dari orang feminin.
- Maskulin juga berkeinginan seks dalam hubungan gender yang berlawanan lebih dari feminin.
- Hal ini menyajikan tantangan serius dalam persahabatan lintas-gender komunikasi.
- Untuk mengatasi tantangan ini, kedua belah pihak harus berkomunikasi secara terbuka tentang batas-batas hubungan.



Komunikasi dan Gender Budaya
• budaya komunikasi adalah sekelompok orang dengan seperangkat norma yang ada tentang bagaimana mereka berkomunikasi satu sama lain.
• budaya ini dapat dikategorikan sebagai maskulin atau feminin. Budaya komunikasi lain termasuk Afrika-Amerika, orang tua, asli Indian Amerika, pria gay, lesbian, dan orang-orang cacat.
• Gender budaya terutama diciptakan dan dipertahankan oleh interaksi dengan orang lain.Melalui komunikasi kita belajar tentang sifat-sifat dan kegiatan apa budaya mereka dan menentukan seks mereka.
• Meskipun umumnya percaya bahwa seks mereka adalah akar sumber perbedaan dan bagaimana berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, itu sebenarnya jenis kelamin yang memainkan peran yang lebih besar.
• Seluruh kebudayaan dapat dipecah menjadi maskulin dan feminin, masing-masing berbeda dalam cara mereka bergaul dengan orang lain melalui gaya komunikasi yang berbeda.
• Julia T. Wood 's studi menjelaskan bahwa "komunikasi memproduksi dan mereproduksi definisi budaya maskulinitas dan feminitas."
• Maskulin dan feminin budaya berbeda secara dramatis dalam kapan, bagaimana dan mengapa mereka menggunakan komunikasi. Dalam rangka untuk berkomunikasi secara efektif di seluruh budaya dan jenis kelamin, kita harus menjembatani kesenjangan komunikasi ini.

Komunikasi Gaya
• Deborah Tannen studi menemukan ini perbedaan gender dalam gaya komunikasi:
-Masculine cenderung untuk berbicara lebih banyak daripada di muka umum, tapi feminin cenderung untuk berbicara lebih banyak daripada maskulin di rumah.
- Feminin lebih cenderung untuk saling berhadapan dan melakukan kontak mata ketika berbicara, sementara orang-orang maskulin lebih mungkin untuk berpaling dari satu sama lain.
- Masculine cenderung untuk melompat dari topik ke topik, tapi feminin cenderung untuk berbicara panjang lebar tentang satu topik.
- Saat mendengarkan, perempuan membuat lebih banyak suara-suara seperti "mm-hmm" dan "eh-eh", sedangkan orang-orang maskulin lebih cenderung diam-diam mendengarkan.
- Feminin cenderung untuk menyatakan persetujuan dan dukungan, sementara orang maskulin lebih cenderung untuk perdebatan.

• Julia T. Wood menjelaskan cara "perbedaan antara budaya menanamkan gender komunikasi."Perbedaan ini dimulai pada masa kanak-kanak.
• Maltz dan Borker's penelitian menunjukkan bahwa permainan anak-anak bermain membantu anak-anak bersosialisasi ke dalam budaya maskulin dan feminin.
• Sebagai contoh, anak-anak bermain rumah-rumahan mempromosikan hubungan pribadi, dan bermain rumah-rumahan tidak perlu memiliki aturan tetap atau tujuan.
• Anak laki-laki, bagaimanapun, cenderung untuk bermain olahraga tim yang lebih kompetitif dengan tujuan dan strategi yang berbeda.
• Perbedaan-perbedaan ini sebagai anak-anak membuat orang feminin beroperasi dari asumsi tentang komunikasi dan menggunakan aturan untuk komunikasi yang berbeda secara signifikan dari yang didukung oleh sebagian besar orang maskulin


Wood menghasilkan teori berikut tentang komunikasi gender:
• Kesalahpahaman berasal dari gaya interaksi yang berbeda
• Maskulin dan feminin memiliki cara yang berbeda untuk menunjukkan dukungan, perhatian dan kepedulian
• Maskulin dan feminin g sering melihat pesan yang sama dengan cara yang berbeda
• Feminin cenderung untuk melihat komunikasi lebih sebagai cara untuk menghubungkan dan meningkatkan rasa kedekatan dalam hubungan
• Masculine melihat komunikasi lebih sebagai cara untuk mencapai tujuan
• Feminin memberikan lebih banyak isyarat tanggapan dan isyarat nonverbal untuk menunjukkan minat dan membangun hubungan
• Masculine menggunakan sinyal umpan balik kepada kesepakatan aktual dan ketidaksepakatan
• Untuk orang-orang yang maskulin, tanggapan yang sama ini menunjukkan kesepakatan atau ketidaksepakatan dengan apa yang sedang dikomunikasikan
• Untuk orang-orang feminin, berbicara adalah cara utama untuk menjadi lebih dekat kepada orang lain
• Untuk orang-orang yang maskulin, tujuan bersama dan penyelesaian tugas adalah cara utama untuk menjadi dekat dengan orang lain
• Masculine lebih cenderung untuk mengekspresikan peduli dengan melakukan sesuatu yang konkret untuk atau melakukan sesuatu bersama-sama dengan orang lain
• Feminin dapat menghindari disakiti oleh orang maskulin dengan menyadari betapa maskulin orang berkomunikasi peduli
• Masculine dapat menghindari disakiti oleh orang feminin dengan menyadari bagaimana orang berkomunikasi feminin peduli
• Feminin mengekspresikan kepedulian untuk maskulin orang dapat melakukannya secara lebih efektif dengan melakukan sesuatu untuk mereka atau melakukan sesuatu dengan mereka
• Masculine mengekspresikan peduli untuk feminindapat melakukannya secara lebih efektif dengan berkomunikasi secara lisan bahwa mereka peduli
• Masculine menekankan kemerdekaan dan untuk itu kecil kemungkinannya untuk meminta bantuan dalam mencapai objektif
• Masculine sangat kecil kemungkinannya untuk menanyakan arah ketika mereka kehilangan daripada orang feminin
• Masculine keinginan untuk mempertahankan otonomi dan tidak tampak lemah atau tidak kompeten
• Feminin mengembangkan hubungan dalam lebih dari orang maskulin
• Feminin orang mencari dan menyambut hubungan dengan orang lain lebih dari orang maskulin
• Masculine orang cenderung berpikir bahwa hubungan membahayakan kemerdekaan mereka
• Untuk orang-orang feminin, hubungan sumber konstan minat, perhatian dan komunikasi
• Untuk orang-orang yang maskulin, hubungan bukan sebagai pusat
• Masculine orang merasa bahwa tidak perlu berbicara tentang hubungan yang berjalan baik
• Feminin merasa bahwa sebuah hubungan berjalan baik selama mereka berbicara tentang hal itu
• Feminin dapat menghindari disakiti maskulin dengan menyadari bahwa orang tidak selalu merasa perlu berbicara tentang hubungan yang berjalan baik
• Masculine dapat membantu memperbaiki komunikasi dalam suatu hubungan dengan menerapkan aturan komunikasi feminin
• Feminin dapat membantu memperbaiki komunikasi dalam suatu hubungan dengan menerapkan aturan komunikasi maskulin



Wood menggambarkan bagaimana jenis kelamin yang berbeda dapat berkomunikasi satu sama lain dan memberikan enam saran untuk melakukannya.

• Individu harus menangguhkan penilaian. Ketika seseorang menemukan nya sendiri bingung dalam percakapan lintas-gender, ia harus menahan kecenderungan untuk menghakimi dan bukannya mengeksplorasi apa yang terjadi dan bagaimana orang itu dan pasangan mereka mungkin lebih memahami satu sama lain.

• Mengenali validitas gaya komunikasi yang berbeda. Feminin kecenderungan untuk menekankan hubungan, perasaan dan responsif tidak mencerminkan ketidakmampuan untuk mematuhi aturan-aturan maskulin untuk bersaing lebih dari maskulin stres pada hasil instrumental adalah kegagalan untuk mengikuti peraturan feminin kepekaan terhadap orang lain.Wood mengatakan bahwa tidak sepantasnya untuk menerapkan satu kriteria - baik maskulin atau feminin - untuk kedua jenis kelamin 'komunikasi. Sebaliknya, orang harus menyadari bahwa tujuan yang berbeda, prioritas dan standar yang berkaitan dengan masing-masing.

• Memberikan petunjuk terjemahan. Mengikuti saran sebelumnya membantu orang menyadari bahwa orang-orang maskulin dan feminin cenderung untuk mempelajari aturan yang berbeda untuk interaksi dan yang masuk akal untuk berpikir tentang membantu yang lainnya menerjemahkan gender komunikasi Anda. Hal ini terutama penting karena tidak ada alasan mengapa salah satu jenis kelamin harus secara otomatis memahami aturan-aturan yang bukan bagian dari gender nya budaya.

• Carilah isyarat terjemahan. Interaksi juga dapat ditingkatkan dengan mencari terjemahan isyarat dari orang lain. Mengambil pendekatan konstruktif untuk interaksi dapat membantu meningkatkan lawan jenis reaksi budaya.

• Memperbesar gaya komunikasi Anda sendiri. Dengan mempelajari budaya lain komunikasi kita tidak hanya belajar tentang budaya lain, tetapi juga tentang diri kita sendiri. Bersikap terbuka untuk belajar dan tumbuh dapat memperbesar seseorang keterampilan komunikasi sendiri dengan memasukkan aspek-aspek komunikasi yang ditekankan dalam kebudayaan lain. Menurut Wood, individu disosialisasikan ke maskulinitas bisa belajar banyak dari budaya feminin tentang bagaimana dukungan teman-teman. Demikian pula, budaya feminin dapat memperluas cara mereka mengalami keintiman dengan menghargai "kedekatan dalam melakukan" itu adalah khusus maskulin.

• Wood mengulangi lagi, sebagai saran keenam, bahwa individu harus menangguhkan penilaian. Konsep ini sangat penting karena penilaian adalah suatu bagian dari budaya Barat yang tidak sulit untuk mengevaluasi dan kritik orang lain dan mempertahankan posisi kita sendiri. Sementara budaya jender sibuk menghakimi gender lain budaya dan membela diri mereka sendiri, mereka tidak membuat kemajuan dalam berkomunikasi secara efektif. Jadi, menangguhkan penilaian adalah pertama dan terakhir prinsip efektif komunikasi lintas gender.


Maskulin dan feminin menjadikan manusia sesuai gender yang ada yaitu perempuan dan laki-laki. Seperti yang dilihat bahwa maskulin dan feminin sangatlah berbeda, karena perbedaan itulah, laki-laki dan perempuan melengkapi kekurangan yang dimiliki untuk melanjutkan keturunan.